Minggu, 03 Januari 2016

Annyeong haseyo chingudeul!! Udah lama gak bikin postingan di blog ini. Oleh sebab itu, kali ini aku memposting korean fanfic.
Hope You Like ^^


❤MAN IN LOVE❤

Author: Nickie Sai
Cast:
☆ Jeon Jungkook (BTS)
☆ Lee Hana (OC)
Genre: Romance
Rated: T
Lenght: Oneshoot
Disclaimer: This story belongs to me
Warning: AU, OOC, Typo, feel tidak dapat, Dll.

♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡

Cuaca pagi hari terasa begitu sejuk merasuk ke pori-pori tubuhku. Ku senandungkan sebuah lagu yang entah sudah beberapa kali ku lagukan di pagi ini. Aku bukanlah orang yang cepat bosan untuk melakukan suatu hal atau menyukai sesuatu. Aku termasuk kategori orang yang ambisius, jika aku menyukai sesuatu, maka akan ku lakukan segala cara untuk mendapatkannya. Tidak ada kata menyerah dalam kamusku, karena menurutku kata menyerah hanya berlaku untuk mereka para pecundang. Meskipun seratus kali aku gagal, maka seribu kali lagi aku mencobanya kembali. Sebab nanti aku akan mendapatkan hasilnya lebih dari pengorbananku.

Oh ya, perkenalkan namaku Jeon JungKook, aku seorang pria yang kini tengah duduk dibangku kelas 2 SMA. Kalau menurut pandangan orang, aku termasuk pria yang cukup tampan dan menawan. Selain itu menjadi pria idaman para wanita. Bukannya sombong, tapi memang begitu kenyataannya. Kalau soal perilaku, aku bukanlah pria yang baik yang suka belajar atau sopan terhadap guru, justru sebaliknya. Perilakuku cukup buruk, sudah sering kali aku mendapat detensi dan beberapa kali di skorsing. Entah karena berkelahi, terlambat masuk, bolos sekolah, atau tidak mengerjakan tugas. Tapi semua itu tidak mengurangi kadar pesonaku, aku tetaplah seorang Most Wanted Guy di sekolah.

Sekarang aku sudah berada di sekolahku, ku lihat sepanjang koridor yang ku lewati terasa begitu sepi, tidak ada siswa-siswi yang berkeliaran disana. Apakah menurut kalian aku kepagian? Kalau fikiran kalian mengatakan begitu, tentu saja salah besar. Karena sekarang jam menunjukkan pukul 8.00, itu tandanya aku terlambat dan pelajaran pertama sudah dimulai sejak 30 menit yang lalu. Itu bukanlah sebuah masalah besar, karena setiap harinya memang aku seperti itu. Sebelum aku masuk kedalam kelasku yang berada di lantai dua, terlebih dulu aku mengambil buku paket yang ku simpan di lokerku. Aku terlalu malas untuk membawanya pulang, karena cukup berat. Setelah berada didepan kelas, aku mengetuk pintunya.

'Tok tok tok'

"Masuk!" Terdengar suara bariton dari dalam kelas, aku rasa itu adalah guru pengajar. Tanpa pikir panjang aku segera masuk dan dihadiahi sebuah tatapan tajam oleh Guru Choi. Dan ku balas dengan sebuah senyuman.

"Aku pikir, kau tidak masuk hari ini, Jeon JungKook!" Guru Choi memandangku tajam sambil menyilangkan tangan didada. Dia termasuk jajaran Guru Killer di sekolah, tapi aku tidak takut.

"Aku rasa, pikiran Guru Choi perlu di reparasi, karena nyatanya aku masuk hari ini." Jawabku enteng tanpa memperdulikan tatapan matanya yang hampir membuat bola matanya keluar.

"Kau benar-benar membuatku naik darah! Apa perlu aku memberikan detensi lagi untukmu?"

"Jika itu mau Guru Choi, ya terserah! Apa boleh buat?"

"Dasar nakal! Sampai kapan kau terus seperti itu? Bagaimana caranya membuatmu sadar? Hah?!"

"Aku ini sudah sadar Guru Choi, bahkan aku sedang bicara denganmu. Bagaimana bisa kau mengatakan aku belum sadar? Dan menurutku, kau sendirilah yang belum sadar."

"Kembali ke tempat dudukmu, dan buka bukumu, setelah itu perhatikan pelajaranku." Daripada aku membuat Guru Choi terkena serangan jantung, aku memilih pergi ke tempat dudukku yang berada di pojok kanan belakang.

Tapi saat aku sedang menuju ke tempat dudukku, aku melihat seorang bidadari yang begitu cantik. Astaga, apa sekarang aku berada di surga? Hey, tapi saat ini aku masih hidup. Mungkin dia murid baru disini, karena aku belum pernah melihatnya disini. Wajahnya cantik dan manis, kulitnya putih bersih, iris mata berwarna coklat, pipinya sedikit chubby, dan rambut coklatnya lurus tergerai indah. Perfect. Dan menurutku dia kategori siswi yang pintar. Uhh.. Aku menyukainya. Aku jatuh cinta padanya. Inikah yang namanya Cinta Pandangan Pertama?? Ku rasa iya. Dan yang paling penting sekarang, aku harus mendapatkannya, dan menjadikannya milikku seorang.

"Cepat buka bukumu!" Perintah Guru Choi tegas. Segera ku keluarkan buku tulis, buku paket, dan bolpoin. Guru Choi berjalan ke arahku dan berdiri di depanku.

"Apa kau sudah lupa, aku mengajar Mapel apa?"

"Tentu saja tidak, Guru Choi. Mapelmu adalah pelajaran favoritku."

"Oh ya? Tapi kenapa kau salah mengeluarkan buku paketnya?" Tanya Guru Choi sambil menaikkan sebelah alisnya. Aku hanya menggarukku yang tidak gatal.

"Aku mengajar pelajaran Matematika. Kenapa kau malah mengeluarkan buku Biologi?"

"Ini hanyalah sebuah kesalahan kecil, jadi Guru tidak perlu marah-marah." Dengan cepat ku keluarkan buku Matematika, dan ku masukkan buku Biologinya kedalam tas. Setelah itu Guru Choi kembali kedepan.

Akhirnya, aku bisa merasakan kenyamanan yang tiada duanya. Sepanjang pelajaran berlangsung, aku tidak fokus dengan apa yang di terangkan. Aku lebih suka memperhatikan makhluk cantik yang duduk di depanku ini. Siswi baru yang telah mencuri hatiku tanpa diduga-duga. Bahkan aku dapat mencium aroma parfumnya yang merasuk ke hidungku. Dan hampir saja tanganku yang nakal bergerak mengelus rambutnya. Huft.. Aku harus sabar, jangan sampai dia ilfeel padaku. Tunggu aku Baby!!

'Tet tet tet'

Suara bel terdengar, itu berarti.... waktunya istirahat. Aku sudah tidak sabar mengisi perutku ini. Dan ku lihat pujaan hati sudah beranjak meninggalkan kelas bersama temannya. Padahal aku belum sempat berkenalan, tapi selama waktu masih terus berputar, aku masih bisa melakukannya. Ku tepuk bahu teman sebangkuku.

"Hey, apa kau tahu siapa nama siswi baru yang duduk didepan kita tadi?"

"Oh, tentu saja. Namanya Lee Hana, putri kepala sekolah. Kau menyukainya?" Tanya Jung HoSeok padaku.

"Hm. Aku jatuh cinta padanya. Jadi aku harus bisa membuat kepala sekolah merestuiku dengan putrinya."

"Belum tentu Hana menerima cintamu, jadi jangan besar kepala. Hana itu type gadis yang pintar dan baik, sedangkan kau nilai saja pas-pasan dan sikapmu itu sangat buruk. Suka berkelahi, bolos sekolah, dan anggota gangster."

"Aku bisa merubah perilaku burukku menjadi lebih baik. Mungkin aku bisa mulai dengan merapikan gaya rambutku serta gaya pakaianku. Dan mungkin mengenakan kacamata juga dapat membantu."

"Terserah kau saja. Aku hanya memperingatkanmu agar tidak melukai hatinya."

"Baik Captain!" Aku berlagak seperti memberi hormat pada HoSeok.

"Aku kekantin dulu. Mungkin gadisku ada disana." Belum apa-apa, tapi aku sudah berani menyebutnya sebagai gadisku. Kantin berada dilantai dasar, berarti aku harus turun.

Aku mencari keberadaan gadisku itu, dan dia duduk dipojok bersama dua orang temannya. Dia terlihat tengah tertawa, dan itu membuatnya semakin terlihat cantik. Pipinya yang sedikit merona, membuatku ingin mencubitnya. Astaga, otakku sedikit bermasalah sepertinya.

"Annyeong Oppa!!" Sapa beberapa siswi kelas X padaku. Hanya ku balas dengan senyuman.

Aku juga mendengar bisik-bisik dari siswi yang melihat kehadiranku di kantin. Diantaranya, 'dia keren sekali'. 'Aku ingin menjadi kekasihnya'. 'Ada yang tahu nomor ponselnya'. 'Tapi dia kan trouble maker'. Uhh, aku tidak suka dengan kalimat yang terakhir.

Aku berjalan menghampiri Hana dan duduk di hadapannya. Jika dilihat dari dekat, kecantikannya tambah sepuluh kali lipat.

"Hai!" Dia mendongakkan kepalanya dan menatapku.

"Ya, waeyo?" Suaranya begitu merdu seperti alunan melodi yang menenangkan hati.

"Aku hanya ingin berkenalan denganmu. Jungkook imnida." Ku ulurkan tanganku padanya.

"Hana imnida." Dia menjabat tanganku, dan dapat ku rasakan betapa halusnya tangannya itu.

"Kau pasti sudah tahu banyak tentangku dari teman-teman. Aku ini pria tertampan di sekolah ini."

"Yang aku tahu, kau itu pembuat onar di sekolah ini. Dan menurutku banyak pria tampan di sekolah ini, bukan hanya kau saja. Apalagi yang bernama Kim Taehyung itu, dia tampan dan pintar."

Sial! Kenapa jadi seperti ini. Tadi siapa yang dia bilang? Kim Taehyung? Si kutu buku itu? Hey, jika aku rajin belajar, pasti aku juga bisa pintar. Kalau aku jadi pintar, pasti banyak gadis-gadis yang mengejarku. Dan aku tidak ingin membuat mereka patah hati.

"Bukan aku saja yang suka membuat onar, masih banyak yang lain. Dan menurutku itu kenakalan remaja yang wajar-wajar saja."

"Tapi berperilaku tidak sopan pada guru, itu suatu tindakan yang tidak baik. Pasti kau juga sering keluar masuk club malam kan?"

"Walau aku ini nakal, tapi tidak sampai masuk ke club malam. Aku bukan dia!" Aku menunjuk salah seorang siswa yang tengah mengobrol dengan teman-temannya.

"Tiap malam dia pasti datang club malam, dan bermain dengan wanita-wanita disana. Apalagi orang tuanya pemilik Bar Hostes terbesar di kota ini."

"Apa? Darimana kau tahu?"

"Memangnya apa yang tidak kau tahu?"

"Rumus Fisika?"

"Kau benar sekali! Aku memang tidak tahu tentang itu."

"Apa benar kau peringkat ketiga dari bawah seangkatan kita?"

"Ya, benar. Yang penting bukan urutan terakhir."

"Memang kau tidak pernah belajar?"

"Belajar itu bukan gayaku."

"Jangan menjadikan belajar sebagai gaya, tapi itu kewajibanmu sebagai seorang pelajar."

"Ya, aku tahu. Tapi aku tidak suka."

"Jangan hanya mengerjakan hal-hal yang sukai, tapi berusahalah untuk menyukai apa yang kau kerjakan."

"Akan aku usahakan. Tapi ada hal yang lebih penting yang ingin ku katakan padamu."

"Apa itu?"

"Apa kau percaya jika aku bilang, aku jatuh cinta padamu."

"Entahlah, aku kan belum tahu kebenarannya."

"Jika aku menyatakan perasaanku padamu, apa kau mau menerimanya?"

"Tapi aku tidak suka dengan orang bodoh dan nakal."

"Lalu apa yang harus aku lakukan agar membuatmu menerima cintaku?"

"Kau bisa memperbaiki sikapmu dan menjadi pintar. Bulan depan ada ujian semester, jika kau bisa masuk kesepuluh besar, aku akan mempertimbangkannya."

"Aku pasti bisa masuk sepuluh besar." Aku mengerlingkan padanya dan pergi meninggalkan kantin. Mulai detik ini, aku akan belajar menjadi laki-laki yang baik. Kita lihat sebulan nanti.

Bel pulang sekolah sudah berbunyi, setelah aku mau mengikuti gadis pujaanku. Aku akan memastikan kalau dia pulang dalam keadaan selamat. Jangan sampai dia kenapa-kenapa. Aku menuju area parkir, dan ku lihat gadisku sudah masuk ke mobil jemputannya. Segera ku pakai helm dan ku lajukan motorku mengikutinya. Ternyata dia berhenti di depan sebuah caffe. Mau apa dia kemari? Dia masuk kedalam, akupun mengikutinya. Aku memilih tempat yang agak jauh darinya supaya tidak ketahuan.

Seorang pelayan menghampiriku dan menanyakan pesananku. Aku hanya memesan secangkir caramel macchiato. Aku menutupi wajahku dengan buku menu sambil terus memperhatikan Hana. Mataku membulat saat melihatnya berpelukkan dengan seorang pria. Siapa dia? Hatiku hancur. Ayah, Ibu, tolonglah anakmu yang tampan ini.

Sekitar setengah jam berada di Caffe ini, kemudian Hana berlalu pergi. Mau kemana lagi dia? Aku harus mengikutinya lagi. Tidak apa-apa dibilang penguntit, semua ini untuk dia. Aku juga harus mencari tahu siapa pria tadi dan apa hubungannya dengan gadisku. Setelah menyusuri jalanan, ternyata gadisku pulang kerumahnya. Hah, syukurlah. Ku lajukan motorku meninggalkan rumahnya.

Sinar mentari pagi masuk melalui celah-celah jendela dan membangunkanku dari tidur panjangku. Ku sibak gorden dan langsung menampilkan keindahan kota dipagi ini. Rasanya tubuhku kembali segar, tidak biasanya aku bangun sepagi ini. Ku lihat jam weker di nakas menunjukkan pukul 6.00. Aku ingin cepat-cepat pergi ke sekolah dan bertemu dengannya. Tak perlu waktu lama segera ku bersihkan tubuhku di kamar.

Ku kenakan seragamku dengan rapi, tidak lupa ku pasangkan dasi. Gaya rambutku yang biasanya terkesan berantakan, kini ku sisir dengan rapi. Sempurna. Ku ambil kunci motorku dan segera turun ke bawah. Rumah ini terasa sepi, hanya ada aku dan beberapa pelayan. Orang tuaku sibuk dengan urusan bisnis mereka di luar kota, sementara kakak perempuanku tengah kuliah di London. Menurut kalian aku kesepian? Tidak, aku punya banyak teman. Teman-teman gangsterku maksudnya, mereka yang hampir setiap hari menemaniku.

Ku keluarkan motor kesayanganku dari garasi, dan segera ku lajukan membelah jalanan kota. Tidak ada kemacetan yang mengganggu. Dengan kecepatan maksimal, 15 menitpun sampai di sekolah. Setelah memarkirkan motorku, ku lanjutkan langkah ke gedung sekolah. Tapi anehnya, kenapa seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan. Apa mereka belum datang? Aku terlalu rajin rupanya.

"Bukankah kau murid yang biasanya terlambat? Setan apa yang merasukimu sampai kau datang sepagi ini?" Ku balikkan badanku dan mendapati seorang penjaga sekolah disini.

"Tidak ada setan yang merasukiku pak, memangnya salah kalau aku berangkat sepagi ini?"

"Tidak, justu itu bagus."

"Lalu apa masalahnya? Oh ya, biasanya murid-murid datang pukul berapa? Kenapa masih sepi?"

"Jelas masih sepi, hari ini tanggal merah, sekolah libur. Kau tidak lihat kalender?" Oh ya ampun, aku sudah semangat datang sepagi ini, dan ternyata sekolah libur.

"Tapi ada beberapa anak yang datang untuk latihan basket."

"Oh, kalau begitu aku kelapangan dulu." Aku berlari menuju lapangan basket. Ada teman-temanku yang sedang latihan basket.

"Hey, Jungkook!" Sapa salah satu diantara mereka, yaitu Suk Jin Ah.

"Ya hyung." Aku menghampirinya.

"Wow, kau datang sekolah disaat sekolah libur?" Dia menertawakanku. Sungguh Aku malu sekali.

"Ya aku lupa, aku terlalu semangat untuk bertemu Lee Hana, pujaan hatiku."

"Kalau mau bertemu dengannya, datang saja ke rumahnya."

"Kau mau aku digantung kepala sekolah? Mendengar namaku saja, dia sudah muak. Apalagi melihatku datang ke rumahnya dan bertemu putrinya, habislah aku."

"Lalu apa yang akan kau lakukan setelah ini?"

"Belajar."

"Seorang Jungkook belajar? Ini akan menjadi trending topic."

"Pasalnya, jika aku bisa masuk kedalam sepuluh besar pada ujian semester bulan depan. Dia akan menerima cintaku."

"Jika kau tidak bisa masuk kedalam sepuluh besar, itu berarti say good bye for your love."

"Hahaha.." semua orang disini menertawakanku. Awas kalian.

"Hyung, kau bisa membantuku tidak?"

"Mungkin kau harus mencari guru privat."

"Aku tahu siapa yang bisa membantuku." Gumamku. "NamJoon Hyung!" Panggilku pada Kim Namjoon.

"Waeyo?"

"Kau bisa menjadi guru privat tidak? Aku akan membayarmu. Kau kan memiliki IQ yang cukup tinggi."

"Boleh-boleh. Memangnya pelajaran apa?"

"Semuanya."

"Aish, memangnya tidak ada satupun pelajar yang kau kuasai?"

"Olahraga dan kesenian. Selain itu tidak ada lagi."

"Kapan kita memulainya?"

"Nanti pukul 2 siang aku datang kerumahmu, dan di hari-hari berikutnya."

"Oke!"

"Aku pulang dulu."

"Kau tidak mau ikut latihan?"

"Lain kali saja." Setelah mengucapkan kalimat itu, aku segera kembali ke rumah.

Jika seorang pria benar-benar jatuh cinta, maka cara apapun akan di lakukannya demi mendapat cintanya itu. Meski kecil kemungkinannya, tapi selama masih bisa bernafas dan belum adanya pernikahan, kemungkinan itu masih bisa terwujudkan. Jika aku mundur satu langkah, maka kesempatan yang aku dapat, akan hilang sepuluh kali lipat. Oleh sebab itu, aku akan terus maju. Aku percaya pada diriku, aku yakin bisa.

Waktu berputar begitu cepat, bahkan saat ini aku sudah berada di depan rumah Kim Namjoon. Aku sudah menyiapkan buku-buku pelajaran yang akan aku pelajari. Setelah memencet bel, akhirnya pintunya terbuka. Si empunya menyuruhku masuk kedalam.

"Duduk dulu, akan ku ambilkan minum untukmu. Atau kau tidak butuh minum?"

"Tidak usah repot-repot."

"Halah, biasanya kau juga merepotkan orang. Tunggu sebentar, aku ke dapur dulu." Dia mengambilkan orange jus dan makanan ringan.

"Kau ingin belajar pelajaran apa?" Ku keluarkan buku dari dalam tasku.

"Fisika, kimia, dan matematika." Pelajaran itulah yang menjadi momok bagiku. Melihatnya saja membuat kepalaku pusing. Mungkin hal itu yang menyebabkan para profesor kebanyakan kepalanya botak. Pasti karena rumus-rumus itu.

"Semua pelajaran yang berat-berat. Semoga saja setelah ini kau tidak pingsan."

"Tidak apa-apa, aku ini pria yang kuat."

"Terserah kau saja." Namjoon hyung mengajarkannya dengan cukup sabar dan telaten. Meski kepalaku hampir pecah, tapi semua itu terbayarkan dengan mampu memahami beberapa materi. Setelah aku ingin mendinginkan kepalaku dan menenangkan diri di ranjang.

Saat ini aku tengah istirahat, dan aku ingin mencari keberadaan Hana sayangku. Dia sudah menghilang dari pandanganku sejak dari tadi. Dimana dia? Oh, rupanya dia sedang berjalan bersama Kim Taehyung menuju perpustakaan. Aku menghampirinya dan menyapanya.

"Hai Hana! Hai Taehyung!" Sapaku pada Hana dengan nada gembira, sedangkan pada si kutu buku dengan nada malas.

"Hai Jungkook. Kau mau perpustakaan juga?"

"Ne, aku membaca buku. Oh iya Hana, siapa pria yang kemarin bersamamu di Caffe?"

"Kau membuntutiku?" Ya ampun, mulut ini tidak bisa di jaga. Aku harus mencari alasan.

"Aku tidak membuntutimu, kebetulan saja aku ada disana."

"Dia kakakku. Caffe itu miliknya, jadi aku datang kesana. Ayo ke perpustakaan bersama!"

"Kalian duluan saja, aku menyusul." Aku memerhatikan Hana dan Taehyung dari balik rak buku. Aku tidak suka dengan kedekatan mereka.

Setiap pulang sekolah, aku selalu datang ke rumah Namjoon hyung untuk belajar. Terbilang sudah dua minggu ini, terlihat dari nilai-nilaiku yang mulai meningkat. Aku juga mengurangi kebiasaan burukku, dan ku ganti dengan pergi ke perpustakaan dan berkutat dengan buku. Terkadang aku juga belajar hingga larut malam.

"Hana!" Panggilku saat dia tengah sendirian di perpustakaan.

"Iya?" Dia menutup buku bacaannya.

"Besok kau ada acara tidak?"

"Sepertinya tidak. Memangnya kenapa?"

"Aku ingin mengajakmu jalan-jalan, apalagi besok libur."

"Oh, kemana?"

"Kau ingin kemana?"

"Aku ikut kau saja."

"Bagaimana kalau ke pulau jeju? Atau ke namsan tower? Pilih yang mana?"

"Kita jalan-jalan di sekitar sini saja."

"Baiklah, besok aku jemput pukul 8.00. Jangan sampai lupa." Dia menganggukkan kepala.

Aku sudah siap untuk jalan-jalan bersama Hana. Sebuah kemeja warna biru muda yang ku gulung hingga siku dan ku padukan jeans hitam panjang melekat di tubuhku. Jarak rumahku dengan rumahnya tidak begitu jauh, kita berada di komplek yang sama, hanya berbeda blok saja. Aku menunggunya di luar rumahnya. Aku mendengar suara gerbang tertutup, dan ku lihat Hana keluar. Dia mengenakan dress selutut warna merah jambu dan flat shoes yang berwarna senada dengan dressnya. Make up natural dan rambut yang di biarkan tergerai, membuatku terpesona. Ku bukakan pintu mobil untuknya.

"Kita mau kemana dulu?" Tanyanya setelah berada di dalam mobil.

"Pokoknya kita ketempat yang menarik." Mobilku berhenti ke suatu tempat yang bisa di bilang seperti pasar. Karena terdapat para penjual di sepanjang jalan.

"Oneul nalssi johji... geuro ji anhi?"

"Eng... geurae."

"Kalau boleh tahu, kau suka bunga apa?"

"Hm..." dia terlihat berfikir sejenak. "Bunga bank." Lanjutnya.

"Hahaha... kau ini, kalau itu aku juga suka."

"Tapi memang benar, aku suka bunga bank."

"Suka hatimu sajalah. Kau mau es krim?" Tawarku.

"Boleh."

"Mau yang rasa apa? Coklat, vanila atau stroberry?"

"Vanila saja."

"Tunggu. Akan ku belikan untukmu." Aku membeli dua es krim, satu untukku dan satu untuknya.

"Ini." Dia menerima es krimnya. Kami mengobrol di sepanjang jalan, sesekali aku mengeluarkan candaan padanya. Melihatnya tersenyum dan tertawa bahagia merupakan kebahagiaan tersendiri untukku. Kami menghampiri beberapa penjual makanan dan penjual aksesoris. Aku melihat boneka panda berukuran besar, aku berencana untuk membelikan boneka itu untukknya.

"Kau tunggu disini dulu ya."

"Kau mau kemana?" Dia mengerutkan kening.

"Aku ada urusan sebentar, nanti aku kembali. Kau jangan kemana-mana." Segera ku hampiri penjual boneka itu, setelah mendapatkannya, aku kembali menemui Hana. Aku berdiri di depannya dengan wajah yang tertutupi oleh boneka pandanya.

"Hai Nona manis! Siapa namamu?" Aku menyamarkan suara sambil menggerakkan tangan bonekanya.

"Sudahlah, aku tahu siapa kau."

"Yah... ketahuan. Kalau begitu boneka ini untukmu. Kau bisa memeluknya, saat kau sedang merindukanku." Dia memeluk bonekanya dan membuat tubuhnya yang kecil hampir tidak terlihat.

"Boneka ini ku namai Kookie. Bagus kan?"

"Iya, bagus. Cocok sekali."

"Kita mau kemana lagi?"

"Eng... ikut saja denganku." Aku mengajaknya ke tempat karaoke. Kita bernyanyi bersama sambil menggoyangkan badan. Aku puas hari ini. Selanjutnya aku mengajaknya makan di rumah makan.

"Kau ingin pesan apa?" Tanyaku.

"Aku pesan bulgogi dan bibimbap."

"Oke. Kau mau minum soju?"

"Boleh."

"Sip. Tapi nanti jangan minum banyak-banyak. Aku takut kau mabuk." Dia mengangguk. Aku memesankan pesanan kami pada waitres. Hampir 30 menit kami menunggu, pesanan kami di hidangkan juga. Aromanya membuat perutku lapar.

"Kau suka makanan pedas ya?"

"Ne. Aku menyukainya." Selesai makan aku mengantarkannya pulang. Jangan sampai aku di laporkan ke polisi, karena membawa kabur anak gadis orang. Itu dapat menurunkan pamorku. Setelah memastikan dia masuk ke rumah, aku menjalankan mobil untuk pulang. It's the best day ever.

[Lee Hana Pov]

Ku rebahkan tubuhku di ranjang sambil memandangi langit-langit kamarku. Sejak dari tadi aku tidak henti-hentinya tersenyum karena begitu merasa bahagia. Jungkook, pria itu mampu membuatku benar-benar merasa nyaman. Saat pertama kali bertemu dengannya, aku sudah tertarik padanya. Dan aku sering melihatnya tengah membuntutiku. Dasar stalker.

Tanpa sepengetahuannya aku sering memperhatikan perkembangannya. Yups aku pernah menantangnya untuk berubah dan bisa masuk ke sepulu besar. Dan setelah ku lihat, ternyata nilai-nilainya meningkat, kebiasaan membolosnya juga berkurang. Pria konyol itu memang punya karisma tersendiri, dia cukup tampan dan bisa menarik perhatian lawan jenis. Mungkin aku salah satunya, aku terjerat dalam pesonanya. Bahkan aku tidak sabar menunggu ujian semester nanti.

[Lee Hana Pov End]

[Jeon Jungkook Pov]

Tubuhku berkeringat dingin, aku sedang menunggu pengumuman hasil ujian semester. Kemarin aku baru saja menyelesaikan ujian semester. Saat ini aku berjalan untuk melihat papan pengumuman. Dan ku lihat sudah banyak siswa-siswi yang berkumpul disana. Aku berdesak-desakan dengan mereka. Ku lihat daftar nama dari urutan bawah.

"Huhh.." ku hela nafas panjang, karena nomor yang biasanya terpampang namaku terganti dengan orang lain. Mataku semakin menjelajah ke urutan atas. Dan...

"Uhuy... aku masuk sepuluh besar." Aku jingkrak-jingkrak kegirangan. Meski orang-orang menatap aneh, tapi aku tidak peduli. Eomma, Appa, aku memecahkan rekorku sendiri. Sekarang aku harus menemui Namjoon hyung dan berterima kasih padanya. Aku berlari menuju kelasnya.

"Mianhe.." ucapku pada orang yang tidak sengaja ku tabrak.

"Gwenchanayo."

Ku atur nafasku yang terengah-engah setelah berada di depan kelas Namjun hyung. Aku masuk ke dalam kelasnya dan melihatnya tengah mendengarkan musik.

"Namjoon hyung...." teriakku dan memeluknya erat.

"Le..pas...kan.. aku tidak bisa nafas, bodoh!" Ku lepaskan pelukanku.

"Aku ingin terima kasih padamu, karena kau telah membantuku. Asal kau tahu, aku masuk ke sepuluh besar. Aku berada di peringkat delapan."

"Benarkah? Itu suatu keajaiban. Tidak sia-sia aku menjadi tutormu. Selamat ya!"

"Gomawo hyung."

"Chon maneyo."

Sekarang aku tengah mencari Hana, aku akan mengungkapkan kembali cintaku. Aku menanyakan keberadaannya pada teman-temang. Ternyata dia tengah duduk di taman belakang.

"Hana!" Dia berdiri dan berbalik menatapku. Aku berjalan kearahnya sambil tersenyum. Jantung berdegup lebih kencang dan seperti ada kupu-kupu yang berterbangan di perutku.

"Eng... hasil ujiannya sudah keluar dan aku berhasil masuk ke sepuluh besar."

"Jadi intinya?"

"Mungkin ini tidak romantis, tapi--" belum selesai ku lanjutkan kalimatku, dia sudah memotongnya lebih dulu.

"Aku tidak butuh pria yang romantis, tapi pria yang memberikan kasih sayang yang tulus padaku."

"Would you be my girlfriend?"

"Jika aku menolak, apa yang akan kau lakukan?"

"Aku akan berdiri di rel kereta."

"Hanya orang gila melakukan itu. Dan aku pikir kau bukan orang seperti itu. Hidupmu jauh lebih berharga daripada melakukan hal-hal seperti itu."

"Jadi bagaimana? Apa kau menerimaku?"

"Tidak ada alasan untukku menolakmu." Kalimat itu membuatku langsung memeluknya. Perjuanganku tidak sia-sia. Ini merupakan awal hubungannya.

Ku lepaskan pelukanku dan ku tatap matanya. Perlahan-lahan ku dekatkan wajahku ke wajahnya, bahkan aku bisa merasakan hembusan nafasnya. Bibirku tertarik keatas melihat wajahnya memerah dan tubuhnya menegang. Hidung dan dahi kami menempel. Dan setelah itu...

•THE END•

Senin, 03 Agustus 2015

CRAZY MARRIED-CHAPTER 2 [KOREAN FANFIC]

Author: Nickie Sai a.k.a Nikmah St
Main cast: Lee Ji Eun/ IU, Jang Woo Young, Song Joong Ki, Lee Yoo Bi
Genre: Romance, Drama, Humor, Married Life
Rated: T+
Disclaimer: Tokoh milik tuhan dan orang tua masing-masing.



CHAPTER2

Acara makan malam akan segera di mulai, IU sedang bersiap-siap di kamarnya. Andai saja ada Joong Ki disana, pasti dia akan meminta bantuaanya untuk kabur.

"Ibu, kenapa kalian melakukan ini? Aku tidak suka dengan acara perjodohan ini." Ucap IU pada ibunya merapikan gaunnya.

"Tapi ibu tidak bisa, itu pilihan ayahmu." Balas wanita paruh baya itu.

"Aku menyukai pria lain bu!" Ucap IU

"Siapa?" Tanya Ny.Lee

"Joong Ki oppa." Jawab IU

"Apa?" Ayahnya tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya

"Ayah, aku menyukai Joong Ki oppa." Ucap IU

"Tidak bisa. Kau pikir Joong Ki mau menerimamu? Dia hanya menganggapmu sebagai adiknya saja." Balas Tn. Lee

"Tapi.."

"Cepat keluar! Mereka akan segera datang." Ucap Tn. Lee

Mereka turun ke lantai bawah, IU ingin menangis dia ingin bersandar pada Joong Ki. Beberapa saat kemudian keluarga pria yang akan di jodohkan dengan IU datang. Dia membukakan pintu dan memberikan salam.

"Malam paman, bibi." Ucap IU dengan senyum yang seakan terpaksa.

Kemudian mata IU tertuju pada pria yang berada di belakang. Wajahnya menjadi kusut melihat pria itu. Bagaimana tidak? Pria yang akan di jodohkan dengannya itu berpenampilan sangat culun. Lihat kemeja yang di masukkan ke celana, kancing bajunya yang dikancingkan hingga atas, kacamata bulat besar, penampilannya sangat membuat IU merasa migrain.

"Pria seperti inikah yang ayah jodohkan denganku? Dia bahkan tidak sebanding dengan Joong Ki oppa!" Ucap IU dalam hatinya.

Mereka berada di ruang makan, pria culun itu terus tersenyum padanya dan membuatnya merasa risih.

"Ji Eun, perkenalkan dirimu!" Suruh Tn. Lee

"Anyeong Haseyo. Lee Ji Eun Imnida. Tapi panggil saja IU." Ucap IU membuat ayahnya kesal.

"Jangan. Panggil dia Ji Eun." Ucap Tn. Lee

"IU. Panggil aku IU." Ucap IU

"Lee Ji Eun. Namanya Lee Ji Eun." Ucap Tn. Lee

Kemudian pria yang di jodohkan dengannya memperkenalkan dirinya.

"Anyeong haseyo. Jang Woo Young imnida." Ucap Woo Young

Setelah acara perkenalan, mereka lanjut dengan makan malam. Selesai itu, mereka membahas dengan rencana pernikahan. Pernikahan? Mereka saja baru kenal, kenapa langsung menikah?

"Kira-kira kapan kita laksanakan acara pernikahannya?" Tanya Tn. Jang

"Minggu ini." Jawab Tn. Lee

"APA??" Serentak IU dan Woo Young.

"Pernikahan kalian akan di laksanakan minggu ini. Dan keputusan ini tidak bisa di ganggu gugat!" Ucap Tn. Lee

"Setelah menikah, kalian akan tinggal di rumah kalian sendiri." Lanjut Tn. Jang

"Tapi aku masih ingin kuliah!" Ucap IU

"Kau masih bisa tetap kuliah sayang." Balas Ny. Lee

"Tapi aku akan mengambil jurusan musik." Ucap IU

"Silahkan saja. Kalau kau setuju dengan pernikahan ini." Balas Tn. Lee

"Aku tidak ingin satu ranjang dengannya!" IU menunjuk Woo Young

"Bagaimana bisa?" Tn. Lee kaget

"Kalau begitu, tidak ada pernikahan." IU menyungginkan bibirnya.

"Untu sementara kalian beda kamar." Ucap Tn. Lee

Setelah keluarga Jang pulang, IU marah-marah pada ayahnya. Dia masih tidak terima, karena di jodohkan dengan pria seperti itu.

"Seharusnya, ayah menjodohkanku dengan pria yang tampan dan keren. Bukan pria seperti Woo Young, penampilannya aneh." Ucap IU

"Asal kau tahu Woo Young itu pria yang baik, dan dia banyak menjuarai olimpiade." Balas Tn. Lee

"Pasti dia takut berkelahi." Ucap IU

"Menjadi pria sejati tidak harus bisa berkelahi." Balas Tn. Lee

"Kalau begitu bagaimana dia akan melindungiku? Apa justru aku yang akan melindunginya?"

"Sudahlah, masuk ke kamarmu sana!"

Hari demi hari berlalu, acara pernikahan semakin mendekat. Kini hari yang di tunggu sudah tiba, IU dan Woo Young berada di depan pendeta yang akan menikahkan mereka. IU menahan air mata yang ingin keluar. Setelah janji suci di ucapkan, mereka resmi menjadi sepasang suami istri. Woo Young mengecup kening gadis cantik yang kini menjadi istrinya. Dia tersenyum manis. Apa dia senang dengan pernikahan ini?

Setelah pernikahan di laksanakan, mereka berada di kediaman keluarga Lee. IU sudah mengganti gaun pernikahannya dengan baju santai. Dia merasa penat, dia duduk di sofa sambil menonton tv. Setelah itu Woo Young datang dan duduk di sebelahnya.

"Pergi!" Ucap IU

"Apa?" Tanya Woo Young

"Aku bilang pergi! Aku tidak suka kau ada di dekatku!" Jawab IU

"Ibu, sudah menyiapkan barang-barang kalian, besok kalian tinggal di rumah kalian." Ucap Ny. Lee yang tiba-tiba muncul.

"Kenapa besok?" Tanya IU

"Kalian harus mandiri. Kalian harus menjaga rumah tangga kalian." Jawab Ny. Lee

"Tapi.."

Ny. Lee langsung pergi meninggalkan mereka berdua. Karena sudah mengantuk, IU dan Woo Young masuk ke kamar mereka.

"Kau tidur di bawah saja!" Ucap IU

"Tidak mau. Kenapa aku harus tidur di bawah?" Tanya Woo Young

"Aku tidak mau tidur di satu ranjang denganmu." Jawab IU

"Kenapa? Kita kan suami istri."

"Diam kau! Tidur di bawah atau di atap?"

"Baiklah." Woo Young pasrah menuruti kemauan istrinya. Dia menggelar tikar dan tidur.

Woo Young merasa kedinginan, ia tidak bisa tidur nyenyak. Dia akhirnya naik ke ranjang dan tidur bersama IU. Dia menarik selimutnya dan kudian melingkarkan tangannya di perut IU.

Pagi sudah datang, IU bangun dari tidurnya, ia kaget karena ada Woo Young di sebelahnya.

"Kyaaa.." teriak IU membuat Woo Young bangun.

"Ada apa?"

"Apa yang kau lakukan padaku? Kenapa kau ada di ranjangku?"

"Tadi malam aku kedinginan, jadi aku tidur di ranjang."

"Apa kau menyentuhku?"

"Itu.."

IU memukuli Woo Young dengan bantal. Dan tiba-tiba ayahnya datang.

"IU, apa yang kau lakukan pada suamimu?"

"Dia tidur ranjangku!"

"Itu kan wajar, kalian kan sudah menikah! Sekarang bersihkan diri dan turun sarapan!" Tn. Lee meninggalkan kamar itu.

"Aku mau mandi, jangan mengintip!" Ucap IU

Setelah itu Woo Young dan IU turun untuk sarapan. Mereka sarapan dengan tenang. Selesai sarapan IU dan Woo Young bersiap untuk pindah ke rumah mereka.

"Ibu, aku tidak ingin pergi! Aku ingin tinggal bersamamu!" IU memeluk ibunya.

"Tidak bisa sayang. Kau sudah punya keluarga baru. Kau harus tinggal bersama suamimu." Balas Tn. Lee membelai lembut rambut putrinya.

IU melepaskan pelukannya, ia menatap ibunya dengan mata berkaca-kaca.

"Jangan bertengkar! Kalian berdua harus rukun!" Ucap Tn. Lee

"Rukun? Aku akan membuatnya menderita." Batin IU

Mereka berangkat ke rumah baru mereka. Setibanya di sana IU langsung melihat sekeliling rumah. Dia menyuruh Woo Young membawakan semua barang-barangnya.

"Taruh disana!" Ucap IU

"Ji Eun, badanku pegal!" Ucap Woo Young

"Lalu apa hubungannya denganku?" Tanya IU

"Kau kan istriku, tolong kau pijat tubuhku yang pegal!" Jawab Woo Young

"Istri? Apa-apaan? Aku tidak mau! Aku mau menonton tv saja!" Ucap IU

Woo Young menyusul istrinya uang sedang menonton tv.

"Kenapa kau bersikap seperti itu pada suamimu?" Tanya Woo Young

"Aku menikah denganmu itu karena terpaksa. Jangan berharap aku bisa menjadi istrimu dengan baik! Kalau mau apapun lakukan sendiri! Jangan Menyuruhku!" Ucap IU

Dia memang menikah karena terpaksa, tapi dia juga tidak boleh bersikap begitu pada suaminya. Bagaimanapun juga Woo Young adalah suaminya. Status mereka adalah suami istri.

"Apa kau senang menikah denganku? Aku sudah tau, kau pasti terpesona kan dengan kecantikanku?" Tanya IU

"Ti-tidak." Jawab Woo Young

"Jangan bohong! Kau tidak terima-terima saj pernikahan ini, itu berarti kau suka." Ucap IU

"Aku hanya menurut pada orang tuaku. Lagi pula aku tidak suka wanita sepertimu. Aku suka wanita yang baik, lembut dan bersikap ke ibuan." Balas Woo Young

"Kalau begitu, cari wanita yang seperti itu!" Ucap IU yang kemudian meninggalkan Woo Young.

*****

CRAZY MARRIED [KOREAN FANFIC]


BY: NIKMAH ST

Cast:
•Lee Ji Eun/IU
•Jang Woo Young
•Song Joong Ki
•Lee Yoo Bi
Genre: Romance, Drama, Humor, Married Life
Rated: T+
Disclaimer: Tokoh milik tuhan dan orang tua masing2.
Warning: AU, OOC, TYPO, GAJE, DLL

CHAPTER 1

(SUMMER IN LONDON)

Tahun ini adalah tahun terakhir IU menyelesaikan sekolah musiknya di London sebelum dia kembali ke Seoul. Dia harus menuruti kemauan orang tuanya supaya pulang ke Korea, padahal sebenarnya ia masih ingin berada di London lebih lama lagi.

"Musim panas kali benar-benar membuatku tidak bisa tidur nyenyak." Ujar IU yang berada di perpustakaan sekolah.

Begitulah dia gadis yang sering tidur di sembarang tempat, bahkan di kelas pun dia sering tertidur. Sampai pelajaran selesai pun ia tidak sadar karna keasyikan tidur.

"IU, apa yang sedang kau lakukan disini?" Tanya Melanie yang berjalan menghampirinya.

"Seperti biasa." Jawab IU yang menyandarkan tubuhnya di dinding sambil memejamkan mata.

"Dasar tukang tidur!" Ucap Melanie yang duduk di sebelah IU.

"Biarkan saja, ini adalah salah satu hobiku. Ngomong-ngomong kenapa kau kemari?"

"Aku hanya ingin menemui sahabatku sebelum dia kembali ke tempat asalnya."

"Jangan seperti itu, kau akan membuatku sangat berat untuk meninggalkanmu." Ucap IU sambil memeluk Melanie.

"Kau benar-benar akan kembali ke korea?" Tanya Melanie

"Hm, ayah menyuruhku untuk pulang." Balas IU kemudian melepaskan pelukannya.

Wajahnya berubah menjadi sedih. Dia tidak ingin meninggalkan London dan juga teman-temannya disana. Jika harus memilih dia ingin tetap berada di london melanjutkan kuliah jurusan musik. Tapi apa daya keputusan ayahnya tidak bisa di ganggu gugat.

IU berjalan di halaman sekolah dengan wajah kusut. Kemudian seorang pria berteriak memanggil namanya.

"IU, tunggu sebentar!" Teriak pria itu yang di ketahui bernama Song Joong Ki.

IU berhenti dan menoleh ke arah Joong Ki.

"Oppa, ada apa?" Tanya IU

"Aku ingin mengobrol sebentar denganmu." Jawab Joong Ki

Mereka berdua pergi ke taman belakang sekolah. Soong Jong Ki merupakan sahabat IU sejak kecil, mereka cukup dekat, dan IU menganggap Joong Ki seperti kakak sendiri. Joong Ki adalah mahasiswa di salah satu Universitas ternama di London, dan tempatnya bersebelahan dengan sekolah IU.

"Oppa ingin mengobrol tentang apa?" Tanya IU

"Aku dengar, kau akan kembali ke Seoul, apa itu benar?" Tanya Joong Ki

"Iya, ayah menyuruhku pulang, padahal aku masih disini." Jawab IU sedih.

"Mungki paman merindukanmu, makanya dia menyuruhmu pulang." Ujar Joong Ki

"Dia ingin aku untuk kuliah di Korea." Balas IU

"Kuliah dimana saja itu tidak masalah, yang penting kau bisa menjalaninya dengan baik." Ucap Joong Ki

"Oppa, kau tidak usah sok bijak, biasanya kau sering melakukan hal-hal konyol." Balas IU

"Aku tidak sok bijak, memang beginilah gayaku." Ucap Joong Ki membuat IU tersenyum simpul.

"Kalau senyum begitu kan cantik, jangan suka cemberut nanti kau cepat keriput." Ucap Joong Ki

"Oppa tidak kembali ke korea?" Tanya IU

"Entah, belum aku pikirkan." Jawab Joong Ki

Setelah itu IU kembali ke apartementnya, ia mengemasi semua barang yang akan di bawanya ke Korea. Dia berangkat ke esokan harinya, hatinya kecewa harus berpisan dengan kota London.

"Good bye London!" Ucap IU

Setelah berjam-jam berada di pesawat, akhirnya ia sampai di kota kelahirannya. Sudah lama sekali dia tidak melihat suasana Seoul. Ayahnya menjemputnya dan langsung menuju ke rumahnya. Dia merebahkan tubuhnya yang letih karena terlalu lama berada di pesawat.

"Ji Eun, kau mandi dulu! Setelah itu kau makan." Teriak Ibunya dari luar kamarnya.

"Hm"

Dia tidur sebentar, kemudian mandi dan setelah itu langsung makan. Dia memandangi masakan yang berada di meja makan. Sudah lama sekali dia tidak makan makanan Korea sekaligus buatan ibunya.

"Kenapa tidak di makan?" Tanya Ibunya.

"Aku sudah lama tidak makan makanan Korea. Jadi terlihat sedikit asing bagiku." Jawab IU

"Jangan begitu! Ini adalah masakan paling enak buatan ibu. Jadi kau harus makan! Tidak peduli kau di Londong makan makanan western tapi masakan ibulah yang paling enak." Ucap Ny.Lee

Beberapa saat kemudian ayahnya bergabung bersamanya.

"Ayah, ingin memberitahumu sesuatu." Ucap Tn.Lee

"Apa?" Tanya IU sambil memasukan makanan ke dalam mulutnya.

"Ayah akan menjodohkanmu dengan anak rekan bisnis ayah." Jawab Tn.Lee membuat IU tersedak.

"Bagaimana bisa ayah melakukannya? Jadi ini tujuan ayah menyuruhku pulang? Aku tidak mau di jodohkan!" Ucap IU

"Kalau kau tidak mau, maka buang jauh-jauh pikiranmu untuk melanjutkan kuliah jurusan musik." Balas Tn.Lee tegas.

"Kenapa ayah mengancamku? Musik adalah jiwaku. Aku saja belum mengenal pria itu." Ucap IU

"Itu tergantung padamu. Besok malam kita akan makan bersama dengan keluarganya." Balas Tn.Lee

"Ibu, tolong hentikan ayah!" Pinta IU manja.

"Maaf sayang, tapi ibu tidak bisa." Balas Ny.Lee

"Kalian jahat!" IU merajuk dan langsung masuk ke kamarnya.

Dia menangis sambil memeluk bonekanya di kamar. Kenapa bisa dia di jodohkan dengan pria yang tidak ia kenal? Terlebih lagi ayahnya mengambil keputusan tanpa berdiskusi dengannya dulu. Seperti apa pria itu? Apa dia tampan? Bagaimana jika dia tidak sesuai dengan kriteria pilihannya? Maka hancurlah dia.

"Kenapa jadi seperti ini?..." Teriak IU sambil mengacak rambutnya.

"Aku akan menghabisi pria itu." Ucap IU dengan wajah devil.

"Lihat saja nanti!" Lanjut IU

*****

SASUSAKU!!! BUKAN SASUHINA!!!

Hai hai... kali ini aku membahas mengenai salah satu pairing yang wow banget.

Kalian tahu kan pairing di anime Naruto, itu lo SasuSaku. Pairing yang menurut ku paling romantis dan paling cocok dari pairing lainnya.

Lihat saja perjuangannya Sakura untuk mendapat cinta dari Sasuke. Walaupun sikap Sasuke yang begitu dingin dan cuek, tapi Sakura tidak pernah berhenti untuk mencintai Sasuke. Sakura memang cinta mati sama Sasuke.

Sebenarnya Sasuke diam-diam juga menyukai Sakura, hanya saja tertutupi oleh dendamnya pada Itachi. Coba saja lihat sikap Sasuke pada Sakura yang lebih care, dibanding dengan sikap Sasuke pada gadis lain yang mendekatinya.

Tapi perasaan saya sedikit tersakiti karena adanya SHL alias SasuHina Lovers. Bagaimana bisa mereka memasangkan Sasuke dan Hinata? Mereka bilang SasuHina itu berjodoh hanya karena ada kemiripan diantara mereka. Catat ini baik-baik! Bukan berarti mereka ada kemiripan, mereka itu jodoh. Seseorang berjodoh bukan karena mirip, melainkan karena adanya suatu perbedaan. Karena perbedaan itulah yang membuat mereka saling melengkapi.

Apakah kalian pernah melihat Sasuke dan Hinata saling berinteraksi?? Kalian boleh saja membuat Statement, tapi ingat! Jangan sampai statement itu keluar dari fakta. Toh pada akhirnya Sasuke sama Sakura juga, mereka menjadi sebuah keluarga.

Aku juga suka sama charakter Hinata yang lembut, pemalu dan pendiam. Dan Hinata itu cocoknya sama Naruto. Hinata selalu mencoba mengungkapkan perasaan pada Naruto. Dan tepat, mereka menjadi sebuah keluarga.

Perasaan seseorang itu tidak bisa di paksakan. Meski mereka itu hanya charakter Anime, tapi tetap itu tidak boleh. Jangan pernah sesekali untuk merubah jalan cerita. Apa yang kalian harapkan belum tentu sesuai kenyataan.

Menurutku ada hal menarik pada diri SasuSaku. Kalau SHL bilang, warna rambut Sasuke dan Hinata itu hampir sama, rambut mereka gelap. Tapi menurutku rambut Sasuke yang gelap cocoknya dengan rambut Sakura yang cerah atau terang. Karena setiap ada gelap disitu juga ada terang. Di saat gelap pasti seseorang membutuhkan sesuatu yang terang. Iya kan?

Masih mau bukti lainnya?? Mau seberapa banyak?? Aku bukan bermaksud untuk membuat keributan atau hal lainya. Aku hanya tidak suka juga pria kesayanganku di pasangkan dengan wanita yang bukan kesayangannya.

Maaf kalau udah membuat SHL pada emosi. Tapi pesan saya jangan pernah memaksakan kehendak kalian. Kalian bermimpi untuk menjodohkan Sasuke dan Hinata, silahkan. Tapi ingat satu hal, jika mimpi itu hanya menjadi sebuah angan-angan, lalu apa gunanya mimpi itu?

Sekian dan Terima kasih... :)

Minggu, 02 Agustus 2015

SHOW ME YOUR LOVE-CHAPTER 3 [SASUSAKU FANFIC]

Author: Nickie Sai a.k.a Nikmah St

Indonesia| SasuSaku| Romance, Drama| T| Naruto© Masashi Kishimoto|


CHAPTER 3

Huft~

Pagi yg cerah, semoga saja hari ini aku tidak sesial kemarin.

Saat aku dan Ino sampai di sekolah, ada pria yg melambaikan tangan padaku. Hhhh, rupanya Rock Lee.

"Sakura-chan...", Lee terus melambaikan tangannya dan tersenyum lebar.

"Saku-chan, kau kenal dg pria berambut mangkok dg alis tebalnya itu?" Tanya Ino

"Iya, dia Lee temanku."

"Sepertinya kelakuannya itu tidak jauh berbeda dg Naruto." Ujar Ino

"Begitulah, tapi Naruto itu orangnya baik, kemarin saja dia menolongku."

"Apa kau akan tetap menyukai Sasuke, setelah apa yg dia lakukan padamu?"

"Kita ceritakan ini di kelas saja."

Aku dan Ino masuk ke kelas.

"Bagaimana Saku-chan, kau akan bertahan?" Tanya Ino

"Mungkin saja."

"Mungkin saja bagaimana?", Ino memukul pundak ku

"Pasalnya Sasuke itu cinta pertama ku."

"Cinta pertama belum tentu cinta terakhir."

"Lalu bagaimana, apa aku juga harus menyuruhnya terjun ke kolam renang?"

"Jangan ke kolam renang, ke kolam ikan atau ke laut saja." Ujar Ino

"Kalau kolam ikan menjijikan, kalau laut itu terlalu dalam. Aku tidak mau menyakitinya."

"Heh, apa kau tidak sadar kalau dia itu sudah banyak menyakitimu." Teriak Ino

"Sudah jangan teriak-teriak."

Saat jam istirahat, tiba-tiba Sasuke menarik tanganku.

"Ayo ikut aku." Ucap Sasuke sambil mengerlingkan matanya

"Ki-kita.. mau kemana?" Tanya ku sedikit gugup, mungkin saat ini wajah ku sudah memerah.

"Sudah ikut saja."

Sasuke membawaku ke luar.

"Hey Teme, kau mau kemana?" Teriak Naruto.

"Memangnya kita mau kemana?" Tanyaku

"Jangan berisik, kau ikut saja denganku.", Sasuke masih menggenggam tanganku.

Dia tidak akan mengerjaiku lagi kan.

Saat kami berjalan entah kemana, kami bersimpangan dg gadis berambut indigo bermata putih. Saat itu pula Sasuke dan gadis itu saling bertatapan, seperti ada sesuatu diantara mereka. Apa mungkin dia gadis yg di maksud Sasuke, yg pernah melukainya.

Ternyata Sasuke membawa ku ke belakang sekolah. Mau apa lagi dia.

"Sasuke, boleh aku bertanya padamu?"

"Tidak boleh." Jawabnya datar.

"Kau menyebalkan sekali, masa' mau tanya tidak boleh."

"Kalau aku menyebalkan, kenapa kau menyukai ku?" Ujar Sasuke

Aku menggaruk-garuk kepala ku yg tidak gatal.

"Kita duduk disini."

Kita berdua duduk di bangku dekat kolam renang.

"Apa kau mau menyuruhku untuk terjun ke kolam renang lagi? Apa kau belum puas dg yg kemarin?"

"Jadi kau masih mau ku suruh terjun kesana.", Sasuke menunjuk ke kolam renang.

"Apa? Tentu saja tidak. Lalu apa? Menyuruhku naik ke atap?"

"Kalau kau mau sih tidak masalah, tapi sebaiknya jangan. Nanti aku bisa di tuntut sama orang tuamu." Ucap Sasuke.

"Issh kau ini, apa gadis yg tadi itu, gadis yg pernah melukai hatimu?"

"Kenapa kau mau tau sekali?"

"Ku rasa memang dia orangnya, soalnya tatapan mu padanya itu berbeda, seperti ada sesuatu."

"Sesuatu seperti apa?" Tanya Sasuke.

"Mana aku tau, itu kan hanya kau dan dia yg tau."

"Aku tidak mau membicarakan nya. Aku mau membicarakan tentang kita."

Jantung ini berdegup kencang, apa jangan-jangan dia mau menerimaku. Semoga saja begitu.

"Tentang kita bagaimana?" Tanyaku

"Kau amnesia ya? Bukankah waktu itu mengungkap kan perasaanmu padaku, dan sekarang aku mau menjawabnya."

"Benarkah?" Tanya ku tak percaya

"Iya", Sasuke mencubit pipiku.

Aku melongo sampai tak berkedip, hati ini benar berbunga-bunga.

"Lalu apa jawabanmu?"

"Kau berbeda dg yg lain, kau itu unik. Untuk saat ini aku mau kau menjadi teman dekat ku." Ucap Sasuke tersenyum

"Teman dekat?"

"Iya teman dekat, kau tidak mau? Tidak semua orang bisa menjadi teman dekat ku, apa lagi seorang perempuan." Ujar Sasuke

"Tentu saja aku mau menjadi teman dekatmu.", Aku mengangguk kan kepala

Mungkin sekarang aku teman dekatnya, dan mungkin saja nanti lebih dari itu.

"Kau mau ke kantin dengan ku?" Tanya Sasuke

"Aku mau"

"Cepatlah"

Kami berdua berjalan ke kantin.

"Tidak biasanya kau ke kantin" Ucapku

"Memang, biasanya aku menyuruh Naruto untuk membelikan ku makanan dan membawa kannya ke perpustakaan"

"Kau ini tukang suruh ya."

"Benar, tapi sebaliknya aku tidak suka di suruh-suruh." Ucap Sasuke

"Dasar kau ini."

"Besok kau bawakan aku bekal lagi ya, rasanya enak." Ucap Sasuke

"Kau menyukainya?" Tanyaku

"Iya, itu kau atau ibumu yg buat?"

"Ibuku yg buat"

Senang sekali rasanya bisa makan bersama Sasuke.

Ino kaget saat melihat ku bersama Sasuke masuk ke kelas.

"Tadi apa yg kau lakukan bersama Sasuke?" Tanya Ino

"Pasti kau tidak percaya dg apa yg akan aku ceritakan."

"Cepat ceritakan!", Ino menggoyang goyang kan tubuh ku.

"Dia menjadikan ku teman dekatnya.", jawabku tersenyum.

"Hanya teman dekat?"

"Tidak semua orang bisa menjadi teman dekatnya, memang dia pernah memintamu menjadi temannya?"

"Tidak sih."

Pelajaran telah selesai, dan sekarang saatnya pulang.

"Sakura, kau mau pulang bersamaku?" Tanya Sasuke

"Iya aku mau."

Sasuke mengajakku pulang bersamanya menggunakan mobilnya, dia membukakan pintu untuk ku. Aku diperlakukan bagai seorang putri. Kemudian dia melajukan mobilnya.

"Kita sudah sampai" ucap Sasuke

"Ini bukan rumahku."

"Siapa yg bilang ini rumah mu? Ini rumahku, kau sudah menjadi teman dekat ku, setidaknya kau tau rumahku." Ujar Sasuke

Kami turun dari mobil.

"Ayo masuk!" Ajak Sasuke

"Rumahmu mewah."

"Menurutku biasa saja." Ucap Sasuke

"Tapi kenapa sepi sekali?"

"Aku tidak suka kebisingan, biasanya para pekerja bekerja di saat aku tidak ada di rumah." Ujar Sasuke

"Lalu di mana orang tuamu?"

"Mereka tidak tinggal disini, ini adalah rumah pribadiku. Orang tuaku tinggal di rumah utama, tapi mereka juga jarang di rumah, mereka lebih sering di luar negeri."

"Jadi begitu, apa kau tidak punya saudara?"

"Aku punya kakak laki-laki tapi dia sibuk kuliah." Ucap Sasuke

"Berarti kau sendiri disini, apa kau tidak merasa kesepian?"

"Aku sudah kebal dg yg namanya kesepian. Kau jangan bilang sama teman-teman kalau aku tinggal disini."

"Memang kenapa?" Tanyaku

"Mereka taunya aku tinggal di rumah orang tuaku."

"Tapi kenapa kau mengajak ku kesini?" Tanyaku

"Karna kau spesial."

"Selain aku, apa pernah ada yg datang kesini?"

"Ada, Naruto dan gadis itu." Ucap Sasuke

"Katanya kau tidak suka kebisingan, tapi kenapa kau sering pergi bersama gadis-gadis cantik? Kalian kemana?"

"O.. jadi kau sering membuntuti ku ya. Dasar tidak sopan!" Ucap Sasuke

"Itu hanya kebetulan saja aku melihatmu."

"Kau pikir aku menganjak mereka ke karaoke? Aku mengajak mereka membantu ku untuk mengurus anak-anak ku."

"Kau sudah punya anak?" Tanyaku kaget

"Anak-anak didik ku di panti asuhan. Aku sering sekali mengunjungi mereka karna mereka sangat baik dan lucu. Karna gadis-gadis itu mau berkencan dg ku, ku jadi kan kesempatan itu untuk menyuruh mereka." Ujar Sasuke.

Ternyata Sasuke punya jiwa sosial yg tinggi. Berarti pandangan ku tentangnya selama ini salah, dia bukan pria yg dingin. Saat aku mengenalnya lebih dekat, dia adalah pribadi yg hangat dan mengasyikan.

"Kau tidak perlu ku suguhi minum kan?"

"Biasanya tuan rumah itu menawari tamunya minum, tapi kau malah sebaiknya." Ucapku

"Kemarin kau kan sudah minum banyak air, jadi ku rasa tidak perlu ku suguhi minuman."

Aku memukul lengannya.

Dia mengajak ku ke dapur.

"Duduk disini, ok."

Dia membawakan ku kue dan segelas jus.

"Ini kue buatanku, cobalah."

"Kau bisa masak?" Tanyaku

"Tentu saja bisa. Aku pernah belajar di restoran milik keluargaku. Bagaimana dg mu, bisa masak tidak?"

"Aku ini perempuan, pastinya bisa lah. Setiap hari aku membantu ibuku di kedai." Jawab ku

"Kau punya kedai ya?"

"Hm.. untuk menambah penghasilan keluarga."

"Lain kali aku mau berkunjung ke rumahmu."

"Silahkan berkunjung saja, rumahku tidak jauh dr sini." Ucapku

Setelah asyik mengobrol, Sasuke mengajak ku berkeliling rumah. Banyak barang-barang mewah, dan juga ada perpustakan pribadinya. Ini benar-benar keren, sangat keren.

Saat aku sedang asyik membaca, tiba-tiba ada sentuhan lembut di pipiku. Sasuke menciumku.. Sekarang aku seperti patung tak bergerak sama sekali. Tapi dia malah senyum-senyum, mungkin karna melihat semburat merah di pipiku yg seperti tomat. Astaga aku malu sekali...

Kemudian dia mengantarku pulang. Aku masih tidak bisa membayangkan kejadian itu..

*****

SHOW ME YOUR LOVE-CHAPTER 2 [SASUSAKU FANFIC]

CHAPTER 2
AUTHOR:NICKIE SAI A.K.A NIKMAH ST

SASUSAKU| ROMANCE, DRAMA| T| NARUTO© MASASHI KISHIMOTO|
WARNING: AU, OOOC, GAJE, TYPO, DLL



Rasanya aku malas untuk bangun, apalagi berangkat ke sekolah. Aku tidak tau harus bagaimana lagi pada Sasuke.

"Ahh.. dasar bodoh!", aku memukuli kepalaku sendiri.

"Saku-chan, kau sudah bangun atau belum. Cepat mandi dan segera sarapan." Teriak Ibu dari luar kamar sambil menggedor-gedor pintu.

"Aku sudah bangun bu."

Aku segera mandi dan turun untuk sarapan.

"Ibu, bisakah kau bawakan bekal untuk ku."

Mungkin membawakan bekal adalah salah satu cara untuk meluluhkan hati Sasuke. Pasalnya dia jarang sekali ke kantin.

"Memang kenapa? Kau kan bisa makan di kantin."

"Aku mau memberikannya pada seseorang."

"Orang itu laki-laki ya?" Tanya Ibu

Aku hanya bisa tersenyum malu.

"Apa dia pria yg kau sukai? Wah.. ternyata putri ibu mulai jatuh cinta."

"Bawakan ya bu."

"Iya, akan ibu bawakan. Sekarang cepatlah makan!"

Selesai sarapan, aku segera berangkat ke sekolah.

"Ini bekalnya."

"Terima kasih ibu.", aku mencium pipi ibu dan berjalan keluar.

Aku berangkat sekolah dg naik bis.

Ketika aku sampai di depan gerbang sekolah, Ino datang menyapa ku.

"Ohaiyou Saku-chan." Sapa Ino

"Ohaiyou Ino-chan."

"Ayo kita ke kelas.", Ino menggandeng tanganku dan kita pergi ke kelas.

Saat aku dan Ino berjalan ke kelas, kami berpapasan dg Sasuke, dia berjalan dengan pria berambut pirang dg mata biru Sapphire, yg slalu tersenyum lebar. Ketika ku coba untuk menyapanya, dia hanya berlalu begitu saja.

"Heh.. lagi-lagi dia bersikap so' keren. Tapi memang keren sih. Hehehe.." ujar Ino

"Bagaimana sakura, apa kau sudah mengungkap kan perasaanmu padanya?" Tanya Ino

"Sudah."

"Lalu dia jawab apa?"

"Dia menyuruh ku untuk menunjuk kan rasa cintaku padanya."

"Kau masih beruntung Saku-chan, waktu itu aku langsung di tolak olehnya. Sepertinya kau ada kesempatan untuk mendapatkannya." Ujar Ino

"Benarkah?"

"Iya"

Aku dan Ino masuk ke kelas dan kemudian duduk.

Ku lihat Sasuke memasuki kelas dan sempat menatapku. Mata Onyx nya dan rambutnya yg seperti pantat ayam itu slalu bersarang di otak ku.

"Ino-chan."

"Iya"

"Apa kau kenal dg pria yg duduk di sebelah Sasuke itu?"

"Itu Naruto sahabat Sasuke, anak paling bodoh, konyol, cerewet yg sukanya bikin rusuh. Memang kenapa?"

"Dia kelihatan slalu ceria dan gembira, seperti tidak punya masalah."

"Em... Seperti itulah dia."

Saatnya jam istirahat.

Aku mengeluarkan kotak makanan yg akan ku berikan pada Sasuke, tapi dia sudah tidak ada di kelas. Mungkin dia sedang di perpustakaan.

"Ino-chan, aku pergi dulu ya."

Aku berlari keluar untuk menemui Sasuke. Aku mencarinya di perpustakaan, sudah ku telusuri ke semua sudut tapi dia tidak ada. Mungkin dia ada di tempat lain. Aku coba mencarinya di kantin, ku perhatikan satu persatu yg ada disana, tapi dia juga tidak ada.

Saat aku mau keluar dari kantin, ku lihat Naruto tengah asyik makan ramen. Aku memghampirinya, mungkin dia tau dimana Sasuke.

"Maaf mengganggu, aku ingin bertanya sesuatu padamu."

"Tidak mengganggu kok, kau mau bertanya tentang apa?"

"Apa kau tau dimana Sasuke?"

"Dia ada di belakang sekolah." Jawab Naruto menunjuk kan senyum khasnya

"Kalau begitu terima kasih ya Naruto."

Aku segera berlari ke belakang sekolah, dan ku lihat dia berjalan di pinggir kolam renang.

Aku memanggilnya dari belakang.

"S-sakuke.."

"Hn.", Dia membalik kan badannya dan menatap ku.

"Ini ku bawakan bekal untukmu.", Ku serah kan kotak makanan itu padanya.

"Jadi begini caramu menunjukkan rasa cintamu itu?" Ucap Sasuke

"Aku pikir kau belum makan, jadi ku bawakan bekal ini untukmu."

"Baiklah, karna kau sudah membawa kan nya, jadi ku terima makanan ini.", Sasuke mengambil bekal itu.

Aku senang sekali dia mau menerimanya.

"Aku mau kau melakukan sesuatu yg lebih berguna untuk ku." Ucap Sasuke

"Apa itu?"

Sasuke melepas kalung Uchiha nya dan melemparkan nya ke kolam renang.

"Tolong ya kau ambil kan kalung ku itu. Kalung itu sangat berharga untuk ku." Ucap Sasuke

Ternyata dia menyuruhku untuk mengambilkan kalungnya. Tapi aku tidak bisa berenang, lalu apa yg harus ku lakukan. Bagaimana ini?

'Kami-sama, aku mohon bantu aku.' Ucapku dalam hati.

Aku memberanikan diri untuk mengambilnya, ku lepas sepatuku dan terjun ke kolam renang.

Sepertinya aku menemukannya, tapi aku tidak bisa bertahan. Aku tidak bisa bernafas, aku takut sekali, ku lambai kan tangan supaya Sasuke menolongku.

'Byurrr'

Seseorang terjun ke kolam renang dan datang menolongku, apakah itu Sasuke? Ternyata bukan, yg menolongku ternyata Naruto. Dia mengankat ku ke pinggir kolam renang.

"Hey, sadarlah.", Naruto menepuk-nepuk pipiku

Naruto berusaha mengeluarkan air dalam tubuhku.

'Uek..'

"Kau sudah sadar?" Tanya Naruto

Aku menganggukan kepala.

"Sasuke, ini kalungmu.", Ku berikan kalung itu padanya dan dia mengambilnya.

"Terima kasih." Jawabnya datar

Begitukah cara dia berterima kasih, tidak ada ekspresi sama sekali. Benar - benar dingin dan menyebalkan.

"Jadi kau yg menyuruhnya untuk terjun ke kolam renang? Apa kau ini mau mencelakakan anak orang?" Teriak Naruto pada Sasuke.

"Berisik kau Dobe." Ucap Sasuke, setelah itu dia mendekat kan wajahnya ke wajah ku.

"Aku minta maaf ya." Ucap Sasuke sedikit menyunggingkan bibirnya lalu pergi begitu saja.

"Dasar kau ini teme." Gumam Naruto

"Kau tidak apa-apa kan Nona?" Tanya Naruto

"Panggil saja aku Sakura, dan aku tidak apa-apa."

"Sakura, lebih baik kau ganti seragam mu. Nanti kau bisa masuk angin." Ucap Naruto.

Aku mengambil baju ku yg ada di loker dan segera mengganti pakaian.

Hari ini aku benar-benar sial, ingin rasanya aku menampar wajah Sasuke. Aku menyuguhkannya segelas air, tapi ia malah menyiramkannya ke wajah ku. Dia sungguh keterlaluan, tega-teganya dia melakukan itu padaku.

Saat ini jam menunjukkan pukul setengah 4 sore.

Naruto datang menemui Sasuke.

"Hai Teme" sapa Naruto

"Ada apa kau kemari dobe?" Tanya Sasuke.

Mereka duduk di sofa

"Aku mau bicara masalah tadi siang itu."

"Ternyata tentang itu, memangnya kenapa?"

"Untuk apa kau mengerjai Sakura, pakai acara menyuruhnya terjun ke kolam renang segala, padahal dia tidak bisa berenang." Ujar Naruto

"Mana aku tau kalau dia tidak bisa berenang. Sebenarnya aku mau menolongnya, tapi kau sudah terlebih dulu menolongnya, jadi ya tidak jadi."

"Kau ini teme. Sebenarnya apa tujuanmu melakukannya?" Tanya Naruto

"Aku hanya mau mengujinya saja."

"Apa?"

"Waktu itu dia mengungkapkan perasaannya padaku, jadi ku suruh dia menunjukkannya padaku. Dan dia benar-benar melakukannya, meski tidak bisa berenang tapi dia rela mengambil kalungku itu. Dia gadis yg tangguh dan menarik." Ujar Sasuke.

"Lalu, bagaimana perasaanmu padanya?" Tanya Naruto

"Entahlah.. tapi sepertinya aku sedikit jatuh hati padanya. Belum pernah aku menemui gadis seperti dia."

"Selanjutnya apa yg akan kau lakukan? Jangan sampai kau melukainya atau bahkan menyakiti hatinya." Ujar Naruto

"Aku akan melakukan sesuatu yg menarik padanya. Kau lihat saja nanti."

"Bukan sesuatu yg aneh-aneh kan?, awas saja kalau kau berani melukainya. Akan ku gantung kau di pohon toge." Ucap Naruto

"Sudahlah Dobe, lebih baik kau pulang sekarang. Aku mau istirahat.", Sasuke mengusir Naruto dan menutup pintu rumahnya.

"Sebenarnya dia itu bodoh apa bagaimana, apa dia tidak tau pohon toge itu seperti apa, mana bisa gantung diri disana. Ada-ada saja." Ujar Sasuke

Sementara itu aku hanya bisa tidur di kamar.

'Hacuh.. hacuh..'

Aku demam gara-gara kejadian itu. Menyebalkan sekali.

"Sakura, ini ibu bawakan bubur. Kau makan ya, dan jangan lupa minum obatnya. Ibu mau mengurus kedai dulu." Ucap ibu

"Iya nanti aku makan buburnya."

"Jangan nanti, sekarang juga kau makan!" Omel Ibu

"Iya iya, akan aku makan."

Ibu membuatku semakin pusing.

Apa mungkin Sasuke mau mengerjaiku terus menerus. Apa dia tidak tau bagaimana perjuanganku. Sudahlah, aku tidak ingin memikirkan nya dulu. Lebih baik ku pulihkan tenaga ku dulu.

*****

Sabtu, 01 Agustus 2015

SHOW ME YOUR LOVE-CHAPTER 1 [SASUSAKU FANFIC]

SHOW ME YOUR LOVE

Story by Nickie Sai a.k.a Nikmah St

Main Pair : SasuSaku

Indonesia | Romance, Drama| T | Naruto © Masashi Kishimoto

Warning: AU, OOC, GAJE, TYPO, DLL.

CHAPTER 1

Setelah sekian lama libur sekolah, akhirnya besok masuk juga. Sebenarnya lebih enak di sekolah dari pada harus menjaga kedai milik ibu. Beginilah hidupku, terlahir dari keluarga yg sederhana dan harus membantu orang tua mencari uang. Bukannya aku tidak ikhlas, tapi aku ingin seperti teman-temanku tidak perlu memikirkan bagaimana nanti kau hidup. Tapi tidak masalah yg penting orang tuaku menyayangiku, dan mampu menyekolahkan ku di salah satu sekolah ternama, Konoha Internasional School. Sungguh aku sangat bersyukur sekali, karna tidak semua orang bisa masuk disana, bahkan anak orang kaya sekalipun.

Sekarang aku naik ke kelas XI, aku berharap aku bisa satu kelas dg Uchiha Sasuke, pria tertampan di sekolah yg ku sukai. Dia memiliki wajah seperti pangeran, namun sayang hatinya tidak setampan wajahnya. Dia terkenal sebagai Playboy berhati dingin, itu membuat ku sedih. Pernah beberapa kali aku melihatnya menggadeng beberapa gadis cantik. Tapi itu tidak membuatku menyerah untuk mendapatkan cintanya.

Waktu aku masih duduk di bangku kelas X, aku pernah beberapa kali mengirimkan surat cinta padanya, tapi tak ada satupun yg dibalas. Justru aku pernah melihatnya membuang surat dari ku ke tong sampah. Ironis memang, tapi tak masalah bagiku, aku akan terus berjuang. SEMANGAT!

Hari pertama masuk sekolah, ku langkahkan kakiku menuju papan pengumuman. Semoga aku bisa sekelas dg Mr.Cool, Sasuke. Ku lihat satu persatu penempatan kelas dan ternyata aku di kelas XI IPA 1 bersama Sasuke.

"Yeeee...." teriakku gembira, dan semua tatapan mata tertuju padaku.

Setelah itu aku menuju ke ruang kelas, memilih bangku nomor dua dari depan. Kemudian ada seorang gadis berambut panjang warna pirang dg mata biru Aquamarine menghampiriku.

"Hai, boleh aku duduk di sebelahmu?" Tanyanya padaku

"Tentu saja boleh, silahkan!"

"Perkenalkan namaku Yamanaka Ino, panggil saja Ino.", Ino mengulurkan tangannya.

"Namaku Haruno Sakura, panggil saja Sakura.", kita berjabatan tangan

Tiba-tiba pandanganku teralih pada Sasuke yg masuk ke kelas, akhirnya aku bisa melihatnya setiap hari. Aku senyum-senyum sendiri memandanginya dan malah mengacuhkan Ino.

"Saku-chan, kau lihat apa?", aku tidak tau kalau Ino sedang bicara padaku.

"Rupanya dari tadi kau memperhatikan Sasu-kun, sampai tidak menjawab pertanyaanku." Ujar Ino

"A.. Iya ada apa? Kau bilang apa tadi?" Tanyaku gelagapan karna fokus pada Sasuke.

"Kau suka sama Sasu-kun ya? Dari tadi kau senyum melihatnya."

Aku hanya bisa menggaruk-garuk kepala karna tidak tau harus bilang apa.

"Benar kan Sasu-chan?"

"Iya, kau benar. Aku menyukainya sejak kelas X." Jawabku jujur

"Kau tau kan Sasu-kun seperti apa? Dia itu playboy berhati dingin, jadi ku sarankan kau lupakan saja dia."

Kata-kata Ino membuatku sedikit terluka, tapi aku tidak akan mengurungkan niatku untuk tetap menyukai Sasuke.

"Aku tidak bisa melupakannya, aku terlalu menyukainya. Apa Ino-chan mengenalnya?"

"Sasu-kun teman sekelas ku waktu kelas X, jujur saja aku pernah menyukainya sama sepertimu, tapi dia menolak ku. Itu membuat ku sangat terluka.", Ino menunduk kan kepalanya, dan aku mengelus-elus kepalanya.

"Apa sampai sekarang kau masih menyukainya?"

"Tidak, aku sudah terlalu sakit hati padanya. Jika kau masih memperjuang kan cintamu itu, aku akan mendukungmu?" Jawab Ino tersenyum lebar kemudian memelukku.

Tidak ku sangka Ino sangat baik padaku. Sepertinya dia anak orang kaya, tapi dia tidak sombong, justru dia sangat menyenangkan.

Saatnya jam istirahat.

"Saku-chan, kau ingin ke kantin denganku?"

Ku lihat Sasuke keluar dari kelas.

"Maaf Ino-chan aku tidak bisa, aku ada urusan."

Aku keluar dari kelas meninggal kan Ino.

Diam-diam aku membututi Sasuke dari belakang, aku berjalan mengendap-endap seperti maling ayam. Ternyata dia pergi ke perpustakan, pantas saja dia menjadi murid paling pintar di sekolah, kan setiap hari ke perpustakaan.

"S-Sasuke", Aku coba untuk menyapanya yg sibuk membaca buku.

"Ada apa?" Jawabnya datar

"Boleh, aku berkenalan denganmu?"

"Bukankah kau sudah tau namaku? Lalu mau apa lagi?"

"Em.. Ada yg ingin aku bicarakan denganmu?"

"Kalau mau bicara, lebih baik duduk jangan berdiri seperti itu. Tidak sopan."

Ku langkah kaki dan duduk di depannya.

"Kau mau bicara apa?"

"Perkenalkan namaku Haruno Sakura dan aku sekelas denganmu", ku berikan senyum terbaik ku padanya

"O.. jadi kau gadis yg tempo hari mengirimi ku surat cinta yg menjijikan itu?"

"Apa?", Rasanya sedikit sakit mendengarkan perkataannya.

"Aku tidak suka hal kekanak-kanak kan seperti itu."

Dia benar-benar dingin.

"Sasu-kun, aku menyukaimu, aku sangat menyukaimu."

"Lalu kau berharap kalau aku juga menyukaimu, begitu?"

Aku hanya bisa mengangguk kan kepala.

"Apa alasanmu menyukai ku?"

Aku terdiam mendengar pertanyaanya itu.

"Kenapa diam? Sepertinya kau sama seperti gadis lain. Saat ditanya seperti itu, mereka akan jawab 'kenapa harus ada alasan untuk menyukai seseorang? karna cinta ini tulus', omong kosong macam apa itu? Bagaimana bisa kau menyukai seseorang tanpa alasan?, setidaknya ada satu alasan yg membuatmu menyukainya."

Entah aku harus mengatakan apa lagi.

Sasuke beranjak dari kursinya dan berjalan pergi.

"Akan ku jelaskan kenapa aku menyukaimu."

Ucapanku membuat Sasuke menghentikan langkahnya dan menoleh ke arahku.

"Aku menyukaimu karna kau tampan, kau pintar. Walau aku tau, kau playboy berhati dingin tapi aku tetap menyukaimu. Aku menyukaimu bukan hanya karna kelebihanmu tapi aku juga menyukai segala kelemahanmu. Aku menyukaimu tulus dari lubuk hatiku."

"Kalau begitu tunjukkan padaku. Tunjukkan padaku semua rasa cintamu padaku."

"Baiklah, akan ku lakukan."

"Besok ku tunggu kau ditaman jam 3 sore, kau tidak boleh terlambat sedetik pun. Mengerti?"

"Iya, aku mengerti."

Sasuke langsung pergi dari perpustakaan.

Jam sekolah telah usai, aku mengemasi semua barang-barang ku dan bersiap untuk pulang.

"Saku-chan, mau tidak mampir ke rumahku?", tanya Ino

"Tapi aku harus membantu ibu di kedai."

"Aku mohon, sebentar saja. Nanti aku akan mengantarmu pulang." Pinta Ino

"Baiklah, aku mau."

Kami sampai di rumah Ino, rumahnya besar dan bagus.

"Ayo masuk Saku-chan!", Ino membuka kan pintu.

Aku masuk ke dalam, dan ternyata jauh lebih bagus.

"Rumahmu lebih besar dari rumahku, Ino-chan."

"Itu tidak penting. Walaupun kecil jika ada yg menempati itu tidak apa-apa. Daripada besar tapi kosong itu bisa jadi menyeramkan."

Kita berdua tertawa terbahak-bahak.

"Rupanya ada teman Ino yg datang ya." Ucap seorang wanita paruh baya.

"Dia ibuku." Bisik Ino

"Namaku Sakura, dan aku temannya Ino.", ucapku sambil membungkuk kan badan.

"Kaa-san, aku mau mengajak Saku-chan ke kamar ku dulu."

Ino mengajak ku ke kamarnya yg berada di lantai atas.

Kami merebahkan tubuh di atas ranjang. Hah.. rasanya nyaman sekali. Kami mengobrolkan banyak hal, dan setelah itu Ino mengantarku pulang.

"Sampai bertemu di sekolah Saku-chan.", Ino melambaikan tangan.

Aku juga melambaikan tangan. Huft~ aku segera membantu ibu di kedai.

Hari ini aku akan bertemu Sasuke, jantungku serasa berdetak lebih kencang. Entah apa yg akan dia lakukan padaku. Aku berlari secepat-cepatnya supaya tidak terlambat.

"Hahhh.. hahhh..", nafasku terengah-engah.

Ku coba mengatur nafas, dan mengusap keringat di dahi ku.

"O..ternyata kau sudah datang, Sakura..", Sasuke berjalan ke arah ku.

Sebenarnya Sasuke sudah berada disini terlebih dahulu, hanya saja dia muncul setelah aku.

"Sekarang aku harus melakukan apa?"

"Kau tidak perlu melakukan apa-apa. Kau hanya perlu menjawab beberapa pertanyaan dariku. Sekarang duduklah.", Sasuke menyuruhku duduk di bangku taman.

Apa dia mau mengintrogasi ku.

"Apa kau benar-benar menyukai ku?"

Aku menganggukan kepala

"Aku tidak mau kau hanya mengangguk, jawab dg lantang."

"Iya, aku menyukaimu."

"Apa kau akan selalu melindungi ku?"

"Iya"

"Apa kau rela mati demi aku?"

"Tidak"

"Kenapa tidak?"

"Aku tidak mau mati hanya karna orang yg ku cintai, kecuali jika dia juga mencintai ku. Aku hanya akan mengobarkan nyawaku untuk orang yg mencintai ku sepenuh hati."

Sasuke menatapku tajam.

"Bagaimana jika aku menyakitimu, apa kau akan bertahan?"

"Sekuat apapun wanita dia tidak akan mampu bertahan jika terus di sakiti, apalagi dg orang yg dia cintai."

"Apa kau percaya dg cinta sejati?"

"Aku percaya"

"Bagaimana itu?"

"Cinta sejati hanya hatimu yg dapat mengetahuinya dan merasakannya."

Sasuke terdiam sejenak.

"Sepertinya kau itu gadis baik, sebaiknya kau cari pria yg baik juga. Karna aku bukan pria baik."

"Aku beritahu, tidak semua gadis baik menginginkan pria yg baik juga."

"Tapi aku tidak suka dg gadis baik-baik."

"Tapi kenapa?", aku menatapnya.

"Aku pernah memiliki kekasih seorang gadis baik, tapi justru dia meninggalkan ku tanpa perasaan. Karna belum tentu cover sama dg isinya.", matanya sayu

"Tapi tidak semua seperti itu."

"Tapi kurang lebih sama kan?", ucapnya dg nada agak tinggi.

Aku menunduk kan kepala tidak berani menatapnya.

"Aku pergi dulu."

Dia meninggalkan ku yg masih terdiam di bangku taman. Sebenarnya siapa gadis yg dia maksud.

Aku beranjak dari taman dan pulang ke rumah.

*****